MORFOLOGI, PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH DAN POTENSI AREN

MORFOLOGI POHON AREN
Aren  merupakan  jenis  tanaman  tahunan,  berukuran besar,  berbentuk  pohon  soliter  tinggi  hingga  12  m,  diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm (Ramadani  et al, 2008).  Pohon aren  dapat  tumbuh  mencapai  tinggi  dengan  diameter  batang sampai  65  cm  dan  tinggi  15  m  bahkan  mencapai  20  m  dengan tajuk  daun  yang  menjulang  di  atas  batang  (Soeseno,  1992). Waktu  pohon  masih  muda  batang  aren  belum  kelihatan  karena tertutup oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawahnya sudah  gugur,  batangnya  mulai  kelihatan.  Permukaan  batang ditutupi  oleh  serat  ijuk  berwarna  hitam  yang  berasal  dari  dasar tangkai daun. 
Daun:  pinnate,  hingga  8  m  panjang,  anak  daun divaricate,  panjangnya  1  m  atau  lebih,  jumlahnya  100  atau  lebih pada  masing-masing  sisi,  dasar  daun  2  auriculate,  ujung  daun lobes,   dan  kadang-kadang  bergerigi,  permukaan  atas  hijau berdaging,  bagian  bawah  putih  dan  bertepung  (Ramadani  et  al, 2008).  Pohon  aren  mempunyai  tajuk  (kumpulan  daun)  yang rimbun.  Daun  aren  muda  selalu  berdiri  tegak  di  pucuk  batang, daun  muda  yang  masih  tergulung  lunak  seperti  kertas.  Pelepah daun  melebar  di  bagian  pangkal  dan  menyempit  ke  arah  pucuk. Susunan  anak  daun  pada  pelepah  seperti  duri-duri  sirip  ikan, sehingga  daun  aren  disebut  bersirip.  Oleh  karena  pada  ujungnya tidak  berpasangan  lagi  daun  aren  disebut  bersirip  ganjil.  Pada bagian  pangkal  pelepah  daun  diselimuti  oleh  ijuk  yang  berwarna hitam  kelam  dan  dibagian  atasnya  berkumpul  suatu  massa  yang mirip  kapas  yang  berwarna  cokelat,  sangat  halus  dan  mudah terbakar. Massa yang menempel pada pangkal pelepah daun aren tersebut  dikenal  dengan  nama  kawul  (Jawa  barat),  baruk  (Tana Toraja) dan beru (Bugis) (Lempang, 1996).
Bunga  aren  jantan  dan  betina  berpisah,  besar,  tangkai perbungaan  muncul  dari  batang,  panjangnya  1-1,5  m  masingmasing  pada  rachille  (Ramadani  et  al.,  2008).  Bunga  aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batangbekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mula-mula  muncul  dari  pucuk,  kemudian  disusul  oleh  tunas-tunas berikutnya  ke  arah  bawah  pohon.  Dalam  hal  ini  bunga  aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang  paling  awal terletak  di ujung batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan  bunga yang ada di bagian  atas  terdiri  dari  bunga  betina.  Sedangkan  yang  di  bagian bawah,  biasanya  terdiri  dari  bunga  jantan.  Jadi  pada  satu  pohon aren terdapat bunga jantan dan bunga betina,  hanya saja berada pada tandan yang berbeda. Karena letaknya ini, maka bunga aren termasuk  kelompok  monosius  uniseksual.  Bunga  jantan  berwarna keunguan  atau  kecoklatan,  berbentuk  bulat  telur  memanjang, berdaun  bunga  tiga,  serta  berkelopak  3  helai.  Sedangkan  bunga betina  berwarna  hijau,  memiliki  mahkota  bunga  segi  tiga  yang beruas-ruas, bakal bijinya bersel tiga, dan berputik tiga.
Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina. Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi  oleh  serangga.  Apabila  proses  penyerbukan  berjalan  baik maka  akan  dihasilkan  buah  yang  lebat.  Buah  aren  tumbuh bergelantungan  pada  tandan  yang  bercabang  dengan  panjang sekitar 90 cm. Untuk pohon aren yang pertumbuhannya baik, bisa terdapat  4-5  tandan  buah.  Buah  aren  termasuk  buah  buni, bentuknya  bulat,  ujung  tertoreh,  4x5  cm,  sesil  dan  terdapat  3 bractea  yang  tebal,  secara  rapat  berkumpul  sepanjang  tangkai perbungaan,  berwarna hijau,  buah masak  warna kuning,  terdapat 3 biji keras (Ramadani et al., 2008).

PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH AREN
Salah  satu  tanaman  yang  paling  penting  dan  umumnya tumbuh jauh di daerah pedalaman adalah aren. Jenis tanaman ini tumbuh  menyebar  secara  alami  di  negara-negara  kepulauan bagian  tenggara,  antara  lain  Malaysia,  India,  Myanmar,  Laos, Vietnam Kepulauan Ryukyu, Taiwan dan Philipina (Hadi,  1991).  Di Indonesia  tanaman  aren  banyak  terdapat  dan  tersebar  hampir  diseluruh  wilayah  Nusantara,  khususnya  di  daerah-daerah perbukitan  yang  lembab  (Sunanto,1993),  dan  tumbuh  secara individu maupun secara  berkelompok  (Alam dan Suhartati,  2000). Heyne  (1950)  melaporkan  bahwa  tanaman  aren  sering  tumbuh mulai  dari  permukaan  laut   sampai  ketinggian  1.300  m  dari permukaan  laut.  Tetapi  tanaman  ini  lebih  menyukai  tempat dengan  ketinggian  500-1.200  m  (Lutony,  1993)  dan  bila dibudidayakan pada tempat-tempat dengan  ketinggian 500-700 m dpl.  akan  memberikan  hasil  yang  memuaskan  (Soeseno,  1992). Kondisi tanah yang cukup sarang atau bisa meneruskan kelebihan air,  seperti  tanah  yang  gembur,  tanah  vulkanis  di  lereng  gunung, dan tanah yang berpasir disekitar tepian sungai  merupakan lahan yang ideal untuk pertumbuhan aren. Suhu lingkungan yang terbaik rata-rata  250C  dengan  curah  hujan  setiap  tahun  rata-rata  1.200 mm.

POTENSI HUTAN AREN
Data  pasti  tentang  jumlah  populasi  tanaman  aren  di Indonesia  hingga  tahun  2010  belum  ada,  namun  yang  pasti tanaman ini tumbuh tersebar diberbagai pulau dan  sebagian besarpopulasinya  masih  merupakan  tumbuhan  liar  yang  hidup  subur dan  tersebar  secara  alami  pada  berbagai  tipe  hutan.  Areal  hutan aren umumnya berada dalam kawasan hutan negara yang dikelola masyarakat  secara  turun  temurun  dan  hanya  sebagian  kecil  yang berada pada tanah milik. Di Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat luas  hutan  aren  tercatat  2.915  ha  dimiliki  oleh  9.576  petani  dan pada  tahun  1986  menghasilkan  gula  sebanyak  3.584,509  ton (Antaatmadja,  1989).  Alam  dan  Suhartati  (2000)  melaporkan bahwa  luas  areal  hutan  aren  di  Desa  Umpungeng  Kabupaten Soppeng  provinsi Sulawesi Selatan adalah  620  ha (4%  dari luas kawasan  hutan)  dengan  kerapatan  pohon  rata-rata  5  pohon/ha, maka  potensi  hutan  aren  di  desa  tersebut  adalah  3.100  pohon. Selanjutnya  dilaporkan  bahwa  di  Umpungeng  setiap  petani mengelola  hutan  aren  yang  luasnya  rata-rata  7  ha  (2-20  ha) dengan jumlah pohon aren rata-rata 36 pohon (12-60 pohon).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar